Monday, June 10, 2013

My Review: Fast Furious 6

FAST FURIOUS 6
Directed By JUSTIN LIN
Written By CHRIS MORGAN


Still remember this movie? Yap, this is Fast Furious the sixth. Sebagai seseorang yang hobi nonton, (red: movie maniac) movie ini wajib banget masuk di list TO BE WATCHED. Dimulai dari yang Fast Furious, 2Fast2Furious, Fast Furious 3, Fast Furious Tokyo Drift, Fast5, then FF6 ini yang release baru-baru ini dan masih jadi HOT TOPIC di kalangan movie lovers.

Mungkin buat mereka yang kurang suka film-film action, Film ini bisa banget ngerubah pandangan kamu. Soalnya, film ini nggak cuma nunjukkin action moves aja, film ini dibumbui dengan humor-humor segar yang nggak murahan. Chris Morgan, sang sutradara, berhasil banget ngebuat semua plot film ini jadi menarik. Mobil yang berpacu dengan kekuatan NOS mereka, deru mesin-mesin berteknologi tinggi yang memekakkan telinga dan membuat pencinta sport cars kegirangan, aksi perkelahian yang tidak terlalu serius namun tetap terlihat keren, kisah cinta dan ikatan kekeluargaan yang benar-benar lekat dengan film ini, humor lucu yang sengaja dimunculkan sebagai penyeimbang yang berhasil membuat penonton tertawa keras, dan selalu ada kejutan di akhir cerita yang membuat orang penasaran akan seperti apa kelanjutannya.

Oke, coba kita bahas sedikit tentang casts film ini:

VIN DIESEL yang berperan sebagai Dominiue Toretto. Seorang Gang Leader yang berwibawa dan benar-benar memperlakukan crew nya sebagai family. Cinta dan Keluarga tak akan pernah lepas dari sosok Dom. Mungkin ini yang sering membuat dia hampir gagal menjalankan rencana-rencana mereka, namun Dom selalu berhasil mencari cara untuk berhasil dan tetap menjaga cinta dan keluarganya.
PAUL WALKER yang berperan sebagai Brian O'Conner. Seorang polisi yang "membelot" karena dia lebih memilih menjadi crew-nya Dom dibandingkan menjalankan tugas-tugas dia sebagai seorang FBI agent. Mencintai adik perempuan Dom, Mia (Jordana Brewster), dan memiliki seorang anak laki-laki lucu. Brian tergila-gila dengan balapan dan semua hal tentang modifikasi mobil. terlibat dalam berbagai masalah semenjak dia bertemu dengan seorang Dominique Toretto, namun dia menyukai itu semua.
DWAYNE JOHNSON yang berperan sebagai Hobbs. Seorang police officer yang mengejar kriminal kelas kakap. Sempat mengejar Dom, namun dia berubah pikiran dan memilih untuk bekerjasama dengan Dom dan meminta bantuan Dom untuk menangkap penjahat kelas kakap yang buron. Pintar, cerdik, jago berkelahi, sama seperti Dom, berotot besar.
JORDANA BREWSTER yang berperan sebagai Mia, adik perempuan Dom. Mencintai Brian, dan memiliki seorang anak laki-laki bersama Brian. Seperti Kakaknya, Mia pun jago memacu mobil-mobil sport car. Berperan sebagai seorang penengah dan seorang pendamai. 
MICHELLE RODRIGUEZ berperan sebagai Letty. Wanita yang masuk dalam crew nya Dom, dan mencintai Dom. Mempertaruhkan nyawa demi Dom, dan akan melakukan apapun demi Dom. Dom adalah orang yang mengajari Letty memacu sport car. Dikabarkan mati (Watch: FF3) namun ternyata masih hidup, hanya saja dia tidak mengenal siapapun.

Dom's Crew:
TYRESE GIBSON (Roman), eksentrik, konyol, bodoh, loyal, lemah dalam berkelahi.
SUNG KANG (Han), pendiam, cool, loyal, smart, lemah dalam berkelahi, in love with Gisele.
GAL GADOT (Gisele), sexy, bitchy, smart, jago berkelahi, sempat jadi anak buah Braga (Watch FF3), in love with Han, loyal.
LUDACRIS (Tej), nerd, genius, jago dalam hal computerizing, konyol, rendah hati, loyal.

The bad guys:
LUKE EVANS (Shaw), GINA CARANO (Riley), JOE TASLIM (Jah), CLARA PAGET (Vegh), KIM KOLD (Klaus), JOHN ORTIZ (Braga)
_______

Well, those are some of the casts. Ada yang menarik? Yap, sebagai orang Indonesia, bangga rasanya mendapati artis tanah air yang berperan di sebuah film HOLLYWOOD seeperti ini. Yes, meet JOE TASLIM.
Joe Taslim (Jah)

Joe Taslim bukan berperan sebagai artis yang cuma lalu lalang gitu aja. Nama dia muncul di credit cast di awal film dimulai. Bangga rasanya melihat dia berperan banyak disini. Joe berperan sebagai anak buah Shaw (Luke Evans). Dia berhasil banget meranin bad guy di film ini. Ekspresi muka dia, the way he moves, teknik berantem dia, TOP banget. Di sebuah artikel pernah disebutkan bahwa Joe berakting dengan sangat baik. Dia mendapatkan pujian dari sutradara dan produser film ini. Rasanya, nasionalisme makin naik. Meskipun di akhir cerita dia mati, namun dia berhasil membuat Indonesia bangga dengan hasil akting dia. Artinya, Indonesia makin dilirik nih sama dunia Hollywood. Semoga artis-artis Indonesia lainnya bisa mengikuti jejak dia. Masih inget deh sama kata-kata si Jah di film ini, pake bahasa Indonesia loh.
"VEGH, HANTAM MEREKA"
gimana nggak bangga coba. Ah...so in love deh...
_______

Well, tadi sekilas info tentang Joe Taslim ya... (Bangga banget gw dia bisa nongol di FF6, hehe). Now, lets move on to the story of this movie.

Kalau kalian udah nonton FF5, pasti tau donk, di tengah-tengah roll credit ada percakapan Eva Mendez sama Dwayne (Hobbs). Eva ngomong ke Hobbs, "Do you believe in Ghost?" sambil ngasihin foto Letty (Michelle Rodriguez) yang ketangkep CCTV. Nah, FF6 ini bermula juga dari foto itu.
Ceritanya Hobbs lagi nyari buronan yang namanya Shaw (Luke Evans). Si Shaw ini bener-bener susah ditangkep, pas nemu kalau ternyata Letty masih hidup dan dia kerja buat Shaw, lagi-lagi Hobbs ngerasa harus minta bantuannya si Dom (Vin Diesel) and crew nya buat nangkep Shaw. Dom mau nggak mau harus mau bantuin soalnya dia kaget pas Hobbs nunjukin kalo Letty masih hidup. Secara Letty tu the love of his life, dan Mia (Jordana Brewster) ngeyakinin Dom, kalo dia harus nyari Letty, mau gimanapun juga, Letty itu tetep family.

Ternyata Letty tuh emang masih hidup. Masih inget FF3 yang si Dom lg trackback kejadian gimana mobil Letty bisa jatoh disitu, terus ada anak buahnya si Braga (John Ortiz) yang ngacungin pistol ke Letty, terus lanjut berita kalo Letty itu mati. Nah, ternyata anak buah si Braga ini ngga ngebunuh Letty langsung. Dia nembakin pelurunya ke arah mobil Letty, terus mobilnya Letty meledak, ternyata Letty kelempar ke jurang. Ini yang nyebabin Letty masih hidup tapi dia hilang ingatan. Si Braga meskipun udah di penjara, ternyata dia tetep ada hubungannya sama si Shaw. Makanya si Letty di movie ini jadi bareng si Shaw.

Brian ngerasa kalo kunci supaya bisa ketemu sama si Shaw itu lewat si Braga. Satu-satunya cara biar bisa ketemu Braga, Brian harus nyerahin diri. Secara Dom cs tuh udah jadi buronan gitu di US gara-gara kasus yang di Dominika (FYI ini kasus kejadiannya bukan di US, kejadian ini berawal di London). Masuk penjara, akhirnya Brian ketemu Braga dan berhasil ngorek informasi tentang Shaw dari dia. Udah pernah dikasih tau kalau ketemu Shaw itu, artinya  bunuh diri. Dom cs nggak bakalan bisa ketemu Shaw kalau Shaw nya nggak mau ketemu mereka (misterius banget).

Dan dari keinginan Dom buat nemuin Letty dan negosiasi sama Hobbs kalo mereka bisa nangkep Shaw, mereka pengen full freedom dan Letty bebas, maka dimulai action-action asik khas Fast Furious. High speed cars, aksi mobil kejar-kejaran yang menegangkan, all in all, it's about SPEED. Mobil-mobil teknologi terbaru yang dipake buat aksi kejar-kejaran yang bener-bener khas fast furious banget. Act yang paling disuka tuh, pas mereka nyoba nahan Pesawat gede supaya ngga lepas landas. Mereka nahan pesawat itu pake speed cars mereka. Di dalem pesawat Dom, Hobbs, Jah (Joe Taslim), Letty, Riley (Gina Carano), Klaus (Kim Kold), Brian, berantem di dalem pesawat. Tej, Roman, Han, Gisele nahan pesawat pake mobil mereka. Pokoknya bener-bener asik banget pas bagian ini. Well, meskipun Gisele mati di adegan ini, yang jelas ngebikin Han sedih banget (soalnya mereka udah berencana buat tinggal di Tokyo bareng, dan ini yang melatarbelakangi adanya Tokyo Drift, dimana Han mati di film itu). Personally, suka banget sama tokoh Gisele ini, kesannya dia tuh bener-bener tough girl banget. Jadi, pas tau dia mati, agak sedih. Bagian fight paling keren tuh, ya pas Hobbs ngelawan Klaus, itu tuh kayak ngeliat dua beasts lagi berantem, sama-sama badannya gede. LOL. Oh iya, abis baku hantam, akhirnya si Shaw mati juga, plus semua anak buahnya termasuk Jah (Joe Taslim mati, hiks).

Agak mencengangkan itu yang pas pesawat gagal landing, mau meledak, semua udah turun dari pesawat kecuali si Dom. Pas pesawat meledak, semuanya khawatir sama si Dom. Agak lama, si Dom nggak muncul juga. Seperti sebuah film, dramatisasi perlu dong ya... Makanya, Dom tuh akhirnya muncul di tengah lautan api itu. What a dramatic entrance. (FYI orang-orang di bioskop pada tepuk tangan pas bagian ini. haha). Pas ditanya sama si Hobbs mau apa, si Dom minta rumah dia yang dulu. Happy ending deh ceritanya. Sama-sama bareng pasangan masing-masing, kecuali Han yang kehilangan Gisele (ini yang ngelatarbelakangin si Han jadi agak dingin di Tokyo Drift).

Bukan FF namanya kalo nggak ngasih sesuatu yang mengejutkan, di akhir scene, kalau film selese jangan main berdiri aja terus keluar audi, selalu ada kejutan lain apakah itu.....

Jreng...Jreng...Jreng.....

Yap, yap, yap.... Masih hafal kan sama Actor ini. Si handsome brewokan, berotot dengan Accent seksinya dia. Siapa lagi kalo bukan Jason Statham. Sempet shock banget liat dia nongol di akhir. Secara, I really adore him. Ngapain dia nongol? Okay, ayo kita trackback lagi ke Tokyo Drift.
________
Masih inget nggak, di akhir Tokyo Drift, si Dom muncul naik mobilnya dia setelah Han mati? Ternyata Dom muncul bukan tanpa alasan. Alasan utama dia dateng ya ini nih... si Jason Statham ini. WHY IS THAT?
Oke, kalian pasti tahu kan di Tokyo Drift itu, ada anak ingusan (ngingetin gw ke si tengil Brian di awal-awal FF) yang mau nantangin DK "Drift King" tanpa skill apapun, cuma modal seneng ngebut, itupun dia sering kena masalah, makanya kenapa dia dikirim ke Tokyo buat tinggal sama Bapaknya dan sekolah disana. Karena si tengil ini, Sean (Lucas Black) nantang D.K (Brian Tee) tanpa ada skill nge-drift sama sekali, makanya dia ketemu si Han, dan dia belajar nge drift sama si Han. Sampe akhirnya jago, terus di akhir, si Han tiba-tiba mobilnya ketabrak dan dia mati. Terus, si Dom muncul kan naik mobil kebanggan dia gitu. Inget nggak, inget nggak? Semua FF emang didesain saling berhubungan gitu deh. Cuma Tokyo Drift emang sengaja dimunculin dulu. Makanya Sebenernya, FF Tokyo Drift tu bukan urutan ke-4 dia itu urutan ke-6 harusnya.
________
Nah, setelah diingatkan tentang Tokyo Drift. Ayo balik ke FF6.

Jadi, mobil yang nabrak mobilnya Han itu ya mobil yang dikendarain si Jason Statham. Ternyata eh, ternyata, si Jason ini anak buahnya si Shaw juga. Nelpon si Dom, ceritanya mau bales dendam gitu deh sama si Dom. Dari situ, roll credit lagi.

Jason Statham muncul. Penasaran nggak sih bakalan gimana akhir perjalanan mereka. Mereka bisa bener-bener dapetin full freedom mereka nggak sih? Semoga mereka mucul lagi dengan sesuatu yang oke ni. Semoga si Lucas Black a.k.a Sean muncul di FF7 terus jadi bagian dari crew nya si Dom. Settingnya bakalan di Tokyo ngga ya... hmm...lets see aja. Pastinya FF7 bakalan rame banget nih. Can't wait. ^^

See you on FF7 Review ya.. *Semoga masih inget buat nge-review*

X.O.X.O Chirpy Girl

Sunday, June 9, 2013

Review Raksasa Dari Jogja


First thing first, SAYA SAMPAIKAN MAAF YANG SEBESAR-BESARNYA kepada penulis. Bukan maksud ingin menjelek-jelekkan, hanya saja, saya sebagai orang yang hobi baca novel, tergelitik ingin menyampaikan kejujuran hati saya saat membaca novel ini.

Oke, sebenernya saya bukan tipe orang yang jago bikin review. However, I love to read and I know what I read. Pertama kali menyarankan temen buat beli buku ini gara-garanya ada yang bilang kalo buku ini rame. Ternyata...... lets review....

Title : Raksasa dari Jogja
Author : Dwitasari
Publisher : PlotPoint

Oke, sepertinya "Don't judge a book by its cover" berlaku disini. Kalo diliat dari covernya, novel ini covernya cukup menarik. Sekarang itu banyak novel yang covernya sengaja dibuat menarik untuk membuat pembeli tertarik membeli. Saya termasuk orang yang membeli buku karena Penulisnya, Isinya, Reviewnya, dan Cover. Meskipun cover itu bukan best judgement of a book, but kadang covernya bagus, isinya bagus juga. (Gak mutlak sih).

Dari segi cover, oke lah. Lanjut, saya search judul buku ini di sebuah online book shop. Ternyata novel ini masuk ke 10 best seller. Saya makin yakin kalau buku ini patut dibaca. Oke, title "BEST SELLER" selalu bikin orang penasaran. Artinya buku itu bisa dibilang worth to be read. Saya yakin buku ini rame.

Kebetulan sahabat saya berencana membeli novel baru, saya sarankan dia beli novel ini (Satu hal yang saya sesali sampe sekarang, Maaf kawan). Dia suka dengan kisah-kisah romantis. Dari sinopsis, buku ini sepertinya memang bercerita tentang kisah romantis yang dihiasi dengan beberapa konflik. Dia pun tertarik dan membeli buku ini. (Masih nyesel nyuruh dia beli ini)

Selesai baca, dia bilang, "Bukunya ga rame... ga rame banget..."
"Hah? masa sih?"
"Iya, aneh banget. Sok, ceuceu baca. Aslina teu rame." (trans: Baca aja. Aslinya juga ga rame)
"Hahaha...maenya ceu. Cik urang baca." (trans: Masa sih? Sini coba aku baca)

Saya ingin membuktikan kalau penilaian sahabat saya itu. Terkadang selera novel kita beda sih. Saya meminjam buku ini, dan saya mulai membaca. Saat membaca inilah saya mulai mengerti kenapa sahabat saya itu bilang kalo novel ini "Gak Rame Banget".

Setelah diskusi, judgement kita sama:
Pertama, bahasa novel ini kurang luwes untuk ukuran novel remaja yang romantis. Menurut saya penulis harus lebih sering membaca novel-novel remaja yang lain sebagai referensi. "BAHASANYA KAKU" itu menurut kami berdua. Membaca novel ini saya mengerutkan kening, tertawa bukan karena isi ceritanya, tapi membaca ke-KAKU-an bahasanya. Cerpen keponakan saya, saya rasa lebih baik dari ini.

Kedua, ceritanya flat. Umumnya, sebuah novel seringkali memunculkan konflik-konflik yang sanggup membuat emosi pembaca naik turun. Sama seperti plot narrative text lainnya, KONFLIK itu diperlukan. Konflik ini yang membuat sebuah cerita menjadi menarik. However, nampaknya penulis kurang dalam hal ini. Sebetulnya, penulis memunculkan konflik, hanya saja konflik ini kurang di elaborasi. Ketika dia memunculkan konflik, konflik ini seperti dibiarkan mengambang, lalu dipaksa untuk tenggelam dan tiba-tiba selesai sudah permasalahannya.

Kisah cinta yang disebut-sebut sebagai hal yang membuat Bianca bisa percaya dengan cinta lagi, tidak dielaborasi dengan baik. Kurang greget. Kurang romantis. Flat. Bisa dibilang, saya lebih melihat kemesraan Bianca dengan sepupunya Kevin dibandingkan dengan Bianca dan Gabriel. Padahal Raksasa dari Jogja yang dimunculkan di cover itu, saya yakin itu Gabriel. Sosok fisik Gabriel disebutkan sangat tinggi dan dia orang Jogja. However, membaca novel ini, saya jadi menganggap ada cinta segitiga disini, Kevin-Bianca-Gabriel.

Konflik kedua orangtua Bianca yang dimunculkan dalam sinopsis, tidak dibahas dengan baik disini. Sampai saat ini, saya tidak tahu kenapa kedua orangtua Bianca bisa sering terlibat dalam sebuah pertengkaran rumah tangga yang mengakibatkan adanya KDRT. Konflik ini selesai begitu saja.

Masalah Bianca dengan sahabatnya, Sasha, yang jatuh cinta dengan Joshua, cowok yang Bianca suka sejak lama, agak membingungkan. Soalnya, Bianca lari ke Jogja selain muak dengan orangtuanya, juga karena dia benci sahabatnya yang jadian dengan Joshua, orang yang disukainya. Padahal disini diceritakan bahwa Sasha tidak tahu sama sekali bahwa Bianca suka dengan Joshua. Bianca tiba-tiba pergi, dan tiba-tiba saja Bianca sudah memaafkan, tanpa ada kejelasan, apakah Sasha sudah tau perasaan Bianca dengan Joshua atau tidak. Entahlah, menurut saya ini masih di area abu-abu.

Ketiga, penokohan yang kurang menarik. Sampai saat ini saya masih bingung siapa itu sebenarnya Gabriel. Kevin, Joshua, Letisha, Vanesa, Orangtua Bianca bahkan Bianca si tokoh utama. Intinya, semua tokoh dimunculkan tanpa adanya pembahasan mendalam. Jujur saja, semua tokoh membingungkan, dan misterius. 

Keempat, setting dari novel ini adalah JOGJA dan JAKARTA. Dari Judul, asumsi saya novel ini akan menceritakan banyak tentang Jogja. Jogja memang dimunculkan namun, deskripsi mengenai Jogja, terus terang saja, menurut saya sangat kurang sekali. Bisa dibilang sangat minim. Intinya, mungkin penulis tidak begitu hafal dengan Jogja. Jika dibandingkan dengan novel lain yang saya baca yang bersetting sama, di Jogja, novel Raksasa dari Jogja ini tidak mendeskripsikan Jogja dengan baik. 

Kelima, Keenam, Ketujuh dan seterusnya.... Kalau saya lanjutkan review ini akan berakhir dengan penilaian yang sangat sangat buruk. Dari lima bintang, saya akan memberikan nilai 1 bintang untuk novel ini.

Saran saya, penulis memang harus lebih banyak membaca novel-novel lain sebagai referensi. Semangat terus untuk menulis, Saya sebagai pembaca bukan penulis. Terkadang, orang lain lah yang bisa menilai kita, bukan kita sendiri. Judgement saya sesuai dengan apa yang saya baca. Semangat berkarya terus ya Dwitasari. Penulis besar tidak memulai semuanya dengan instan. Semua lewat research yang superb. Bisa dicontoh Dan Brown dan JK Rowling. Karya mereka dibuat lewat research terlebih dahulu, dan imajinasi liar mereka sehingga mereka bisa menelurkan karya yang LUAR BIASA.

Sampe ketemu lagi di review novel-novel yang lainnya.^^

X.O.X.O Chirpy Girl